Powered By Blogger

Minggu, 28 Februari 2021

Menulis di Blog Menjadi Buku

 

Ada banyak alasan seseorang  membuat blog. Ada yang bertujuan hanya karena hobi dan berekspresi, ada juga yang bertujuan  untuk  menyampaikan informasi , bahkan ada juga yang bertujuan untuk mendapatkan uang.

Blog adalah salah satu media yang dapat kita gunakan untuk mempublis tulisan kita. Tulisan ini banyak variasinya. Tentunya tergantung ide apa yang kita tulis sebagai blogger. Baik tulisan fiksi maupun non fiksi. Kadang menulis informasi atau sekedar menulis story. Tapi Pernahkah terpikirkan kalau tulisan kita di blog bisa kita jadikan buku yang menarik ? bahkan bisa jadi diminati banyak orang dan laku untuk dijual.

Terkadang untuk membuat sebuah buku kita terbayang betapa tebal atau banyak halaman dari buku yang harus kita buat. Belum lagi ditambah dengan tata bahasa yang terkadang tidak kita kuasai, terutama bahasa Ilmiah.  Mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Memang dalam menulis buku banyak hal yang harus kita lakukan, namun Jika anda menulisnya dengan sangat baik dan dengan gaya bahasa yang enak dan mudah dipahami, apalagi ada banyak referensi dan pendapat pakar di dalamnya maka bukan tidak mungkin naskah yang kita buat layak menjadi buku dan diterima oleh penerbit.

Terlepas dari isi naskah buku , Ada beberapa langkah agar tulisan kita bisa layak menjadi buku yang baik dan berkualitas

  1. Sistematika dan Struktur Penulisan

Sistematika isi dari naskah buku ditulis secara terstruktur mulai dari hal yang mendasar, sejarah, metode dan pembahasan pada setiap Bab dan Sub Bab. Dengan sistematika yang baik maka pembaca akan senang dengan produk buku kita.

  1. Kelengkapan Pembahasan Buku

Ini juga terkadang kurang diperhatikan penulis , terutama penulis pemula. Padahal naskah yang baik adalah yang lengkap sesuai dengan judul atau Bab yang dibahas. Misal kita menyebutkan dalam Bab “ 7 Langkah membuat Blog” dalam ulasan ternyata baru membahas 6 langkah saja. Nah hal ini perlu diperhatikan agar semua dijelaskan dengan lengkap sesuai Bab

  1. Perhatikan Gaya Penulisan

Gunakan bahasa yang mudah dipahami. Jika pembaca adalah kalangan umum maka jangan gunakan bahasa yang terlalu tinggi dan sulit untuk dimengerti. Kecuali jika sasaran pembaca adalah para mahasiswa dan akademisi. Jika pembaca adalah kalangan muda maka sebaiknya sesuaikan kata-kata dan cara penyampainnya sesuai dengan dunia mereka yang lagi trend.

  1. Buku harus memenuhi syarat penerbit.

Ada banyak standar yang disyaratkan oleh penerbit baik penerbit Indie maupun penerbit mayor. Tiap penerbit terkadang berbeda dalam menentukan persyaratan penerbitan buku. Namun secara umum syaratnya adalah

  1. Ditulis dengan font yang mudah dibaca, misal : Times New Roman, Arial, Open Sans dan Font yang sering dipakai dalam buku
  2. Jarak spasi biasanya 1 atau 1, 5
  3. Margin Normal biasanya 2, 5 Cm
  4. Minimal jumlah halaman 150 Halaman atau lebih tetapi ada juga penerbit yang menerima minimal 100 halaman saja, namun lebih baik agar dicukupkan sebanyak 150 halaman saja
  5. Lengkapi dengan Referensi yang cukup
  6. Disertai Daftar Pustaka
  7. Biodata penulis ditulis dengan narasi yang menarik bisa dilengkapi dengan prestasi yang pernah diraih agar pembaca lebih tertarik

Beberapa langkah di atas merupakan langkah yang bisa dilakukan agar sebuah tulisan layak menjadi buku yang baik. Lepas dari substansinya. Semua jenis tulisan sebenarnya bisa kita jadikan sebuah buku, misalnya kumpulan puisi, kumpulan pantun, kumpulan cerpen, kumpulan cerita mini, bahkan kumpulan story dan memori bisa dijadikan buku. Begitu juga tulisan kita di Blog juga bisa dijadikan sebuah buku yang menarik.

 Kumpulkan tulisan yang diposting di blog dalam satu file word, lalu edit dan  lengkapi dengan kata pengantar, daftar isi, biodata penulis dan sinopsis
 

Menulis di blog menjadi buku, caranya mudah dengan mengumpulkan tulisan yang kita tulis diblog. Jika setiap hari kita menulis minimal 1 sampai 10 lembar, berapa banyak tulisan kita dalam 1 bulan, berapa banyak dalam 1 tahun. Tentunya akan jadi sangat banyak. Nah dari tulisan-tulisan itu bisa kita kumpulkan menjadi satu dan bisa kita jadikan buku. Kumpulkan tulisan yang kita posting di blog dalam 1 file, Kumpulkan dalam satu tema, jika tulisan di blog terdiri dari beberapa tema maka bisa dijadikan buku kumpulan artikel atau bunga rampai, kemudian edit dan lengkapi sesuai dengan aturan  atau tata cara membuat buku agar layak untuk diterbitkan.

Perbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pola kalimat, dan berbagai kesalahan tata bahasa lainnya. Meskipun nanti tulisan kita akan kembali diedit oleh editor di penerbit, seorang penulis tetap harus berusaha menyunting tulisannya.

Langkah berikutnya buatlah Daftar isi sesuai dengan bab dan sub bab isi buku. Biasanya tanpa disertakan halaman. Kemudian buatlah kata pengantar, kata pengantar ini bisa dari penulis, bisa minta kepada ahli, tokoh, pakar, atau penerbit. Sertakan biodata penulis yang dikemas dengan narasi yang menarik berisi biodata, riwayat pendidikan, prestasi yang diraih dan aktivitas medsos dan lainnya. Lengapi juga dengan sinopsis yang merupakan intisari buku. Buatlah dalam 3 paragraf saja

Setelah semua lengkap bisa dikirim ke penerbit. Untuk cover buku bisa  dari penerbit atau bisa juga kita yang membuat covernya. Mengenai biaya tergantung penerbitnya. Jika penerbit indie maka kita sedikit mengeluarkan biaya namun jika penerbit mayor maka kita tidak mengeluarkan biaya sedikitpun, justru akan menerima royalti dari penjualan buku kita.

Tidak usah khawatir dengan penerbitan, banyak sekali penerbit yang menawarkan jasa penerbitan buku mulai dari paket hemat sampai dengan jumlah paket besar. Tergantung kondisi keuangan kita. Yang lebih mudah dan sangat membantu semua kalangan penulis adalah bisa menerbitkan buku gratis melalui web https://terbitkanbukugratis.id Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) Jakarta. Melalui YPTD lah penulis bisa menerbitkan buku secara gratis tanpa biaya.

Nah, mudah bukan ? tidak susah untuk menerbitkan buku, apalagi jika kita secara rutin menulis di Blog.

Blog ibaratkan sebuah tabungan dari tulisan kita. Semakin sering menulis di blog semakin banyak tabungan kita, semakin banyak tabungan kita maka semakin mudah membuat buku karya kita.

Semoga bermanfaat. Salam hangat. Salam Literasi.

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Guru Jangan Gaptek

 


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu cepat, mengharuskan guru dan sekolah ikut beradaptasi dengan cepat pula dengan perubahan tersebut. Hal ini penting agar guru dapat menyampaikan pelajaran sesuai dengan perubahan dan perkembangan jaman.

Dengan banyaknya perubahan yang kini tengah dihadapi dan penggunaan teknologi yang mungkin belum pernah digunakan sebelumnya, sangat wajar jika ada sebagian guru terkadang merasa kewalahan. Apalagi jika guru mengalami gaptek atau gagap teknologi.

Gaptek memiliki arti ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan teknologi modern, seperti komputer. 

Ternyata berdasarkan fakta, banyak para guru di Indonesia yang masih gaptek atau tidak memiliki keterampilan komputer. Apakah pentingnya menguasai keterampilan komputer bagi seorang guru dan bagaimana cara mengatasi guru yang gaptek atau tidak mempunyai keterampilan komputer ?.

Sebagai seorang guru dituntut untuk menguasai keterampilan komputer untuk dapat mengakses informasi yang memudahkan untuk memecahkan masalah dalam berbagai hal dan dapat berguna juga untuk mencari bahan untuk mengajar. Serta mempermudah pekerjaan dan menyelesaikan tugas-tugas administrasi guru serta administrasi pelaporan. Tentunya membutuhkan teknologi komputer.

Di era serba digital ini, para siswa dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dari internet.  Sementara guru, yang kebanyakan hasil didikan konvensional, bisa jadi kesulitan beradaptasi dengan pesat dan masifnya perkembangan teknologi tersebut. Padahal seorang guru harus melek teknologi. Bagaimana jadinya guru  dapat memberi contoh ke anak didiknya jika tidak bisa menguasai teknologi ?

Sebagai guru seharusnya kita tidak kalah pintar dalam bidang tehnologi khususnya komputer. Nah,Bagaimana agar guru tidak gaptek ? berikut yang bisa dilakukan

1.       Ikutilah pelatihan

Agar guru tidak gaptek langkah awal yang harus dilakukan adalah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Lembaga komputer atau bisa juga mengikuti pelatihan yang diprogramkan oleh pemerintah. Kemendikbud telah memberikan program pelatihan Pembelajaran berbasis TIK (PembaTIK) yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi TIK para guru berdasarkan standar kompetensi TIK Guru UNESCO.  Bapak ibu giri  bisa mendaftar melalui laman simpatik belajar kemendibud pada salah satu gelombang yang tersedia

Melalui pelatihan tersebut diharapkan guru dapat mengoprasikan program-program sederhana seperti Microsoft office untuk memudahkan pekerjaan guru dan juga keterampilan mengunakan internet untuk memperoleh berbagai informasi khususnya sebagai bahan untuk memperlancar proses belajar mengajar.

2.       Sering Latihan di Rumah

Langkah selanjutnya adalah berlatih mandiri, tanpa latihan maka akan susah menguasai sebuah teknologi. Jangan mudah menyerah. Ibarat siswa diberi PR maka guru pun harus bisa menyelesaikan PR yaitu berlatih komputer. Biasanya ada sebagian guru yang berusia tua yang enggan berlatih komputer dengan alasan “ sudah tua” atau “tidak bisa” padahal itu hanya alasan dari sebuah jawaban atas sebuah kemalasan.

“Kemampuan itu soal jam terbang, tidak ada keahlian tanpa diawali dengan ketekunan dan kegigihan dalam latihan” ( Etik Nurinto)

3.       Jangan Segan Bertanya

Ada pepatah mengatakan : “malu bertanya sesat dijalan” ,Maka jika kita belum tau dan malu bertanya tentang dunia komputer maka akan sesat dalam menjalankan artinya tidak bisa menguasainya teknologi komputer. Jangan segan bertanya pada teman yang bisa mengoperasikan walaupun usia kita lebih tua misalnya. Dengan bertanya tidak akan membuat kita lebih rendah, justru dengan sering bertanya kita akan menjadi tau apa yang sebelumnya kita tidak mengetahuinya, semakin bertanya bisa menambah ilmu.

4.       Mencari tau aplikasi masa kini

Dunia sekarang ini seakan dikuasai oleh aplikasi, banyak aplikasi –aplikasi yang dibuat oleh para ahli dibidangnya. Termasuk aplikasi pembelajaran. Seorang guru harus bisa menguasasi aplikasi –aplikasi yang dibutuhkan. Terutama aplikasi untuk pembelajaran. Dengan menguasai aplikasi maka guru dianggap selangkah lebih tau dibandingkan Siswa. Karena siswa pun bisa menguasai aplikasi dengan mudah.

5.       Meningkatkan Kualitas dan Kompetensi

Kualitas dan kompetensi menjadi kunci utama untuk memberikan pembelajaran.  Seorang guru harus terus meningkatkan kualitas dan kompetensi dirinya untuk dapat mengimbangi perkembangan teknologi.  Hal yang bisa dilakukan contohnya mengikuti diklat  atau webinar yang sekarang  marak dilakukan secara online. Ikuti webinar yang mendukung kompetensi  guru. Kita akan semakin bertambah kualitas dan kompetensi dengan seringnya mengikuti pelatihan atau webinar. Karena banyak ilmu teknologi yang bisa kita dapatkan secara tidak langsung dari mengikuti pelatihan online. Misalnya mengerti tentang aplikasi zoom , google meet, lark meet, dan lain sebagainya yang biasa digunakan untuk pelaksanaan pelatihan online.

Penguasaan teknologi informasi sangatlah penting, bukan berarti guru dan sekolah menjadikan teknologi sebagai tujuan utama namun teknologi adalah  alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Nah, Itulan cara bagaimana agar guru tidak gaptek. Begitu pentingnya menguasai teknologi sekarang ini. Jangan jadikan faktor usia tua menjadi alasan untuk tidak menguasai teknologi. Para guru tidak boleh gaptek atau gagap teknologi. Kuasai dan manfaatkan teknologi sebagai alat seorang guru dalam melakukan pembelajaran dan menuntaskan tugas dan pekerjaan.

 

Salam Hebat, salam Literasi

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Generasi Corona

 


Wabah Covid-19 masih melanda dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya persoalan kesehatan, pandemi covid 19 menimbulkan berbagai fenomena sosial. Sejak pemerintah pertama kali mengumumkan Covid-19 pada  Maret 2020, panic buying melanda.

Di bidang pendidikan, berulang kali Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menekankan kesehatan dan keselamatan siswa adalah yang utama. Pembukaan sekolah hanya diizinkan untuk wilayah zona hijau,itu berarti hanya sekian persen saja wilayah sekolah di Indonesia yang berstatus sebagai zona hijau. Sedangkan untuk wilayah zona kuning dan merah, sekolah masih harus dijalankan dengan jarak jauh.

Lamanya sistem pembelajaran jarak jauh ini tergantung pada perubahan status wilayah. Jika di suatu daerah bisa meningkatkan zona aman dari kuning ke hijau sekolah bisa dimulai kembali. Begitu juga sebaliknya, jika suatu wilayah berstatus zona hijau kemudian meningkat ke zona kuning atau merah, sekolah harus tutup kembali. Tuntutan pembelajaran jarak jauh jadi terasa akan lebih lama. Keterbatasan-keterbatasan fasilitas hingga sempitnya kondisi finansial sebagian besar kepala keluarga bisa menjadi kendala untuk berjalannya pembelajaran jarak jauh.

Berbagai persoalan yang terjadi saat pandemi ini memperlihatkan bahwa pemerintah perlu mengkaji kembali strategi mitigasi yang tepat. Khususnya dalam dunia pendidikan. Pembelajaran Jarak jauh memang menjadi alternatif agar laju  pendidikan tetap berjalan.Walau sebagian menganggap efektif, namun disatu sisi kebijakan PJJ tentu mempunyai dampak baik dampak positif maupun negatif.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) via daring (online) adalah cara belajar yang tidak ideal. Ada risiko besar yang berbahaya bagi anak-anak , ada risiko krisis pembelajaran, lost learning  dan lost generation. Soal pembelajaran jarak jauh, risiko terbesarnya adalah anak-anak akan keteteran atau tertinggal belajar. Belum lagi dampak negatif dari sebuah teknologi, itu juga menjadi hal yang tidak boleh dianggap ringan, karena bisa berdampak buruk bagi siswa. Bukan hanya satu atau dua anak saja yang terkena dampaknya, tapi satu generasi. Yah generasi Corona.

Generasi corona adalah generasi yang terbentuk oleh masa darurat corona, generasi pelajar yang harus mengalami keberhentian aktivitas belajar di sekolah dalam jangka waktu yang lama. Generasi dimana guru dan siswa belajar tanpa tatap muka dan hanya berjumpa dalam dunia maya.

Pemerintah terkadang dianggap serba salah. Membuka sekolah saat belum tepat dianggap salah. Menutup sekolah terlampau lama juga salah. Hal ini perlu kita sadari bersama. Mencari solusi bersama dan menghadapi masa pandemi secara bersama-sama. Agar generasi corona tetaplah menjadi generasi yang tetap belajar tanpa kehilangan pengetahuan dan keterampilan. Generasi yang siap menghadapi masa depan dengan perubahan.

Dibutuhkan kolaborasi yang baik antara pemerintah, guru, siswa dan dukungan yang baik dari orang tua dalam mengatasi permasalahan pembelajaran masa pandemi ini. Berbagai kebijakan pemerintah termasuk sistem Belajar Dari Rumah (BDR) seharusnya bisa menjadi alternatif solusi agar para orang tua menyadari bahwa pendidikan utama untuk anak berasal dari keluarga, dari rumah, dari orang tua. Para guru juga harus terus memupuk rasa semangat belajar siswa. Memberikan inovasi dalam pembelajaran agar tidak membosankan.Pemerintah juga harus mengkaji kebijakan dan melakukan strategi dalam persiapan pembelajaran tatap muka yang sangat diharapkan oleh guru, siswa dan orang tua.Harapan agar anak-anak bisa bergerak ke depan menumbuhkan mimpi-mimpi baru dan mewujudkannya menjadi nyata.

Generasi Corona adalah generasi yang kelak menghadapi tantangan hidup yang bisa jadi lebih besar. Mereka dihadapkan dengan adaptasi lingkungan dengan aturan-aturan baru. Mereka harus belajar dalam perubahan, mempunyai bekal serta kemampuan mengahadapi berbagai kesulitan kehidupan dalam laju perkembangan jaman.

Semoga tidak hanya para guru dan orang tua, namun semua pihak ikut andil dalam mempersiapkan generasi emas masa depan anak bangsa.

Salam hangat. Salam Literasi

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang


Cara Membuat Modul Yang Baik dan Menarik

 


Menjawab tantangan pembelajaran sekarang ini. Ketika pandemi covid 19 belum juga lenyap dari muka bumi. Terkait proses pembelajaran masih menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) , menggunakan teknologi secara online dalam jaringan atau daring. Bagaimana dengan pembelajaran luring (luar jaringan) ? Apakah belajar daring tidak butuh buku ?

Justru buku dibutuhkan saat-saat seperti ini, masa Belajar Dari Rumah (BDR) tentunya siswa dituntut untuk bisa belajar dan membelajarkan dirinya secara aktif mandiri dibantu oleh orang tua di rumah. Siswa tidak hanya dibekali dengan HP android untuk mengakses internet tetapi juga Buku sebagai Bahan untuk belajar yang sistematik agar bisa digunakan oleh siswa secara mandiri di rumah. Nah, bahan ajar ini kita bisa menggunakan modul.

Modul sangat dibutuhkan terutama bagi sekolah, dalam hal ini guru dan siswa yang tinggal di daerah limit akses internet. Yang kecil kemungkinan tidak bisa melaksanakan  pembelajaran secara daring atau online. Maka modul bisa dibuat oleh guru dan bisa digunakan oleh siswa belajar dari rumah. Bagaimana cara membuat modul yang baik dan menarik? Alangkah baiknya simak ulasan berikut ini !

Pengertian Modul

Modul ialah bahan belajar yang dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu (Purwanto (2007: 9)

Tujuan modul agar peserta dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Fungsinya sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik.

Perbedaan Modul dengan Buku Teks

Ada beberapa perbedaan antara modul dan buku teks. Modul dirancang dengan sistem pembelajaran mandiri, secara sistematis, megandung tujuan atau evaluasi, disajikan secara komunikatif dua arah, dapat mengganti beberapa peran pengajar karena cakupan bahasan terfokus dan terukur serta mementingkan aktifitas belajar siswa. Sedangkan buku teks untuk keperluan umum atau tatap muka, bukan merupakan bahan belajar yang terprogram, lebih menyajikan materi ajar, cenderung informatif, hanya searah, menekankan fungsi kajian materi, cakupan materi buku teks lebih luas atau umum dan pembaca cenderung pasif.

Bagian –bagian Modul

Bagian-bagian sebuah modul yang lengkap terdiri dari :

  1. Sampul
  2. Topik atau materi belajar
  3. Pendahuluan
  4. Kompetensi dasar
  5. Kemampuan akhir yang diharapkan
  6. Kegiatan belajar (1, 2, 3) meliputi (a) uraian dan contoh, (b) latihan ,(c) rangkuman (d) tes formatif dan (e) Umpan balik dan tindak lanjut
  7. Kunci jawaban
  8. Daftar pustaka

Dari bagian-bagian tersebut di atas, ada yang tidak boleh dihilangkan atau menjadi syarat minimal sebuah modul yaitu :

  1. Sampul
  2. Kompetensi dasar
  3. Kemampuan akhir yang diharapkan
  4. Kegiatan belajar : Uraian dan contoh, Latihan, Rangkuman
  5. Daftar pustaka

Bagaimana Membuat Modul agar Baik dan Menarik?       

Untuk membuat modul yang menarik kita bisa membuat modul dengan cara :

  1. Buat cover atau sampul depan yang menarik, dengan mengkombinasikan warna, gambar ilustrasi bentuk dan ukuran huruf yang serasi
  2. Pada bagian isi modul tempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
  3. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.
  4. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik, Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi naskah serta hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.
  5. Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti ruangan sekitar judul bab dan subbab, batas tepi (marjin)
  6. Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi.
  7. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih.
  8. Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun margin atau batas-batas pengetikan
  9. Konsistensi atau taat asas. Semua elemen yang terdapat pada modul baik yang terkait dengan format penulisan, organisasi, bentuk huruf maupun ruang kosong harus konsisten

Nah demikian ulasan singkat mengenai modul dan cara membuat modul yang baik dan menarik. Modul dibuat dengan sistematik mengacu kerangka sesuai pedoman penyusunan modul. Dengan membuat modul yang baik dan menarik maka diharapkan dapat menarik minat baca dan belajar siswa terutama di masa pandemi covid saat ini.

Para guru, sudah saatnya membuat modul bahan ajar untuk membangkitkan semangat belajar.

Semoga bermanfaat . Salam Hebat. Salam Literasi

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Jumat, 26 Februari 2021

Guru Sejati Menjadi Guru Sampai Mati

 

Guru, menjadi sosok yang digugu dan ditiru, sosok yang disegani dan dihormati. Menjadi guru tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan namun juga mengajarkan kebaikan dan mencontohkannya dengan sikap perilaku dan keteladanan. Akan tetapi, tidak semua guru itu semuanya baik atau mengajarkan kebaikan dengan hati yang tulus ikhlas. Jikalau kita benar jadi guru lalu apakah sudah menjadi guru yang benar ? Jika kita sejatinya adalah guru , lalu apakah kita sudah menjadi guru sejati ?

Menjadi guru memang betul-betul menjadi sorotan, apalagi kegagalan demi kegagalan dalam pendidikan selalu dikaitkan dengan guru. Pendidikan akan berjalan baik jika gurunya baik. Sebaliknya pendidikan akan hancur jika gurunya tidak baik.

Mirisnya, tidak sedikit guru yang tersandung kasus hukum dan saya sebut oknum. Gambaran guru (oknum guru) dimasa sekarang sangat banyak. Contohnya guru yang sering datang terlambat, mangkir, berkata jorok, merokok di depan murid-murid, dan melakukan pungutan liar, bahkan berbuat yang sangat tidak terpuji seperti korupsi, berzina, memperkosa murid, menggelapkan dana bantuan, dan sebagainya. Dari kasus-kasus tersebut mengandung arti bahwa menjadi guru sejati yang dapat digugu dan ditiru atau teladan memang tidak mudah karena harus konsisten antara hati, ucapan, dan perilaku.

Untuk dapat menemukan guru yang sejati tentunya tidak terlepas dari tugas guru itu sendiri . Secara utuh, lengkap, dan mendalam secara ideal memang tidak akan dapat ditemukan. Namun secara singkat menurut Fakhruddin (2010: 77) tugas guru meliputi tiga hal yaitu tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.  Walaupun hanya singkat tiga hal namun konsekuensi secara mendalam sangat berat

Siapa sebenarnya Guru Sejati itu?

Tidak ada seorang calon guru yang baru lulus dari perguruan tinggi, lalu sudah menjadi guru sejati. Tidak ada yang lulus progdi keguruan langsung menjadi guru sejati. Semuanya perlu proses dan usaha. Perlu jam terbang, perlu pengalaman dan perlu terus belajar sepanjang hidupnya.

Fakhruddin (2010: 78-95) dalam kajiannya telah memberikan gambaran lima hal penting yang melekat sebagai guru sejati, yaitu: (1) guru adalah orang tua kedua,(2)guru adalah seorang motivator, (3)guru adalah sang petualang, (4)guru, sang pembebas dan pejuang, dan (5) guru, pribadi berjiwa profetik.

Kelima hal tersebut harus melekat dan integral pada diri seorang guru dan sangatlah tepat jika diimplementasikan oleh para guru. Kelima hal tersebut merupakan  urgensi sejatinya guru atau dapat disebut “Guru Sejati”.

1.       Guru adalah Orang Tua Kedua Siswa

Guru sesungguhnya bukan sekedar mengajar saja, akan tetapi guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Sejatinya menjadi orang tua adalah mendidik siswa seperti anak sendiri. Mengayomi dan mengasuh dengan baik. Membekali anak dengan kebaikan demi masa depan anak nantinya

2.       Guru adalah Seorang Motivator

Guru harus memiliki kemampuan memotivasi siswa, memberi semangat kepada siswa, memberi kekuatan kepada siswa yang lemah, mendorong siswa yang berfikir lambat. Serta mengapresiasi siswa yang berfikir cepat.

3.       Guru adalah Sang Petualang

Guru memiliki tujuan yang panjang untuk terhadap kehidupan anak, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Guru pada dasarnya melakukan perjalanan panjang agar siswa dapat mencapai cita-citanya bukan untuk saat sekarang tetapi berlanjut ke masa depan bahan sampai masa tuanya.

4.       Guru adalah Sang Pembebas dan Pejuang

Guru, Sang Pembebas dan Pejuang Guru mengandung makna dalam semua geraknya adalah untuk melakukan perubahan, agar siswa terbebas dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan sebagainya. Untuk mencapai tujuannya, maka selalu kerja keras, tak kenal lelah, pantang mundur, dan berjuang tiada henti. Banyak Contoh perjuangan guru dalam menegakkan pendidikan. Hal itu melekat pada seorang guru yang berjuang mendidik membebaskan anak bangsa dari berbagai bentuk kebodohan dan ketertinggalan

5.       Guru, Pribadi Berjiwa Profetik

Guru adalah seorang yang mengemban amanah mulia, semua ilmu yang diajarkan dan dipraktikkannya atas dasar tuntunan yang benar dan untuk kebenaran, membawa kebahagian dunia sampai dengan akhirat. Apa yang dilakukan atas kebenaran bisa dikatakan sebagai sikap profetik. Dalam hal profetik tentunya guru dituntut memiliki profesionalitas memenuhi kompetensinya yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Jiwa profetik sejalan dengan profesionalitas

Guru sejati mendidik penuh dengan keteladanan bukan hanya dengan kata-kata. Dia memulai mengajar dirinya sendiri, sebelum mengajar orang lain


Guru sejati dalam melakukan tugas pendidikan sebagai panggilan yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk membantu perkembangan generasi muda. Oleh karena menghayati guru sebagai panggilan hidup. Untuk menjadi Guru sejati perlu proses dan usaha dalam bersikap dan berperilaku. Beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk menjadi sosok guru sejati adalah sebagai berikut :

1.       Bersemangat dalam melakukan tugasnya, ada nyala dalam hati guru

2.       Membantu siswa dengan semangat kasih , bukan semangat uang

3.       Rela berkorban bagi anak didik yang dipercayakan pada guru

4.       Gembira dan bahagia melakukan tugasnya

5.       Membangun hidup keluarga dalam kasih yang mendukung kegembiraan guru dalam mendidik

6.       Mengembangkan diri dan berfikir kritis

7.       Belajar bergaul dan membimbing siswa

8.       Bersikap jujur dan mengembangkan suara hati yang benar

9.       Belajar terus sepanjang hidupnya

 

Kemacetan para guru adalah sudah merasa pandai, berpengalaman, lalu berhenti belajar. Maka sejak itu sebenarnya ia mati sebagai guru sejati. Mengajar diri sendiri dengan keteladanan adalah kunci menjadi guru sejati. Guru Sejati , sejatinya guru mendidik sampai Ia mati. 

(Etik Nurinto, S.Pd.SD)

Salam guru hebat. Salam Literasi

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Kamis, 25 Februari 2021

Cara Menulis Artikel yang Baik

 


Bagi orang yang sudah terbiasa, menulis artikel itu mudah. Apa yang ada dalam isi kepalanya dapat ia tuangkan dalam tulisan artikel yang baik dan menarik. Namun bagi penulis pemula terasa sulit membuat artikel yang baik dan menarik.  Adapun bisa tapi tidak menarik, isi tulisan tidak berbobot dan tidak kaya akan informasi.

Nah, bagi penulis pemula ada baiknya mencoba  cara menulis artikel yang baik berikut ini :

  1. Tentukan tema

Sebelum menulis tentukan tema terlebih dahulu, tema tulisan yang spesifik dan menarik minat pembaca, dengan tema yang update atau tema yang sudah sering ditulis penulis lain tapi dimodifikasi oleh kita sendiri , bisa dijadikan artikel yang menarik . apalagi tema yang sedang diperbincangkan banyak orang  maka pembaca akan tertarik membaca artikel yang kita buat.

  1. Rumuskan ide pokok

Rumuskan ide pokok dengan membuat Outline atau kerangka  tiap paragrafnya. Misal Paragaf pertama adalah intro  dengan intro yang baik maka akan tertarik untuk melanjutkan membaca. Bisa juga dengan kerangka misalnya di paragraf pertama berisi intro  atau pengantar, paragraf kedua pendahuluan, paragraft ketiga pembahasan, dalam pembahasan bisa lebih dari satu paragraf bisa dua atau lebih .

Dalam rumusan ide juga bisa menggunakan unsur 5W dan 1 H . What  (apa persoalanya), Where (dimana tempatnya), When (Kapan terjadi), Who (Siapa yang bercerita atau menceritakan siapa ) Why( Mengapa persoalan itu terjadi) , How(bagaimana menyelesaikan persoalan itu)

  1. Kembangkan kerangka atau rumusan ide

Kembangkan kerangka rumusan ide menjadi paragraf yang terpadu antara paragraf satu denga n paragraf yang lainnya.

  1. Buatlah penutup dengan kesimpulan

Kesimpulan dibuat berdasarlah alur dari tema artikel yang kita buat. Buatlah kesimpulan artikel dalam satu paragraf yang singkat dan mudah

Selain cara teknis tersebut diatas , membuat artikel hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Hindari Artikel yang Bertele-tele

Buatlah artikel yang tidak bertele-tele, mudah dipahami, sesuai fakta atau bukan hoax dan jangan menyinggung personal atau kelompok yang bisa menyalahi aturan hukum dan Undang-undang. Buat lebih spesifik jelas dan terarah. Kurangi bahasa yang berbelit-belit . Jika kita ingin detail maka pecahkan menjadi beberapa sub judul, tiap sub hendaknya tidak lebih dari 200 kata. Semakin spesifik maka artikel semakin baik dan mudah dibaca

Gunakan teknik ATM (Amati , Tiru, Modifikasi)

Sebagai penulis , kita harus selalu melakukan penelitian terlebih dahulu untuk memperkaya diri dengan banyak referensi . Kta bisa mencari dan menentukan artikel yang bagus dan sesuai untuk melakukan benchmark. Temukan polanya dan kemudian modifikasi artikel kita dengan riset supaya dipandang akurat.  Teknik ini disebut teknik ATM (Amati Tiru dan Modifikasi)

Tambahkan gambar atau  foto penunjang

Pilihlah gambar atau foto yang bebas dari hak cipta atau jika memilih gambar atau foto maka jangan lupa memberikan sumber pada foto yang kita gunakan. Gambar atau foto bisa berupa fotografi atau animasi  atau yang lainnya yang menunjang  isi tulisan kita

Menjaga Pembaca

Seorang penulis hendaknya menjaga pembacanya. Menurut survey ,orang hanya akan membaca 20 % artikel kita. Kemudian waktu pembaca untuk memutuskan membaca atau tidak hanya 15 detik. Kalau lebih dari 15 detik pembaca tidak tertarik membaca maka bisa dimungkinkan artikel kita kurang baik atau kurang menarik.

Beri Judul yang Jelas

Buat judul yang jelas dan menarik, hindari judul yang panjang. Buat judul yang unik padat dan jelas.Cara membuat judul yaitu dengan cara membaca kembali artikel kita kemudian temukan satu hal yang dapat mempresentasikannnya. Judul sebaiknya terdiri dari 3 kata  maksimal 10 kata. Judul bisa juga dengan menggunakan kalimat tanya. Hindari jargon yang rumit.

Lakukan Review dan Revisi

Bacalah kembali draf artikel yang sudah kita tulis. Berikan kepada teman kita untuk membacanya, kemudian tanyakan kepada mereka apa yang kurang dari artikel kita. Dengan pertimbangan saran dari teman dapat menjadi acuan kita merevisi draf artikel kita agar artikel yang dibuat lebih baik dan menarik.

" Tidaklah seorang penulis mengatakan bahwa tulisannya adalah yang terbaik kecuali ada kesombongan dalam hatinya sebagai penulis. Semua Penulis punya potensi masing-masing dengan tulisannya. Tulisan yang baik pada hakikatnya adalah apa yang ditulis baik untuk penulisnya sendiri dan baik untuk pembacanya "

 Demikian tulisan singkat cara menulis atikel yang baik. Semoga bermanfaat. Salam Literasi

 

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Selasa, 23 Februari 2021

Menjadi Guru Milenial di Desa Tertinggal


Sepenggal cerita ini mungkin tak berarti, namun bagi saya yang menjalani adalah menjadi pengalaman hidup yang berarti , saat ini  bahkan suatu saat nanti.

MENJADI GURU MILENIAL DI DESA TERTINGGAL

Menjalani profesi guru memang harus siap menerima resiko dan konsekuensi tanggungjawab serta dedikasi. Begitu juga saya yang saat ini bertugas menjadi guru di Desa Tertinggal.

SD Negeri Pabuaran, adalah tempat saya mengajar. Terletak di Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Desa Pabuaran termasuk daerah tertinggal, kategori daerah khusus  3t (tertinggal, terluar,terdepan) karena Letaknya lumayan jauh dari perkotaan. Untuk menuju ke Desa Pabuaran perlu menempuh jarak berkilo-kilo meter dengan medan jalan yang rusak, sepanjang jalan menuju Desa Pabuaran dikanan kiri adalah hutan dan menyebrang sungai melewati jembatan gantung sungai Comal Pemalang Jawa Tengah. Boleh dibilang Desa Pabuaran adalah Desa kecil di tengah hutan.

Jembatan gantung Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang

Jembatan gantung Desa Pabuaran Kec.Bantarbolang Kab.Pemalang

SD Negeri Pabuaran, satu-satunya sekolah di Kecamatan Bantarbolang yang satu lokasi gedung dengan SMP Negeri Pabuaran Satu Atap dan juga Sekolah PAUD. Kondisi Geografis Desa yang berada di tengah hutan membuat siswa sekolah tidak bisa keluar Desa Pabuaran melainkan menjadi Sekolah Satu Atap.

Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa pabuaran masih sangat rendah. Mayoritas masyarakat bekerja bercocok tanam,bertani,berkebun, dan mengembala ternak. Kepedulian masyarakat dalam pendidikan juga masih kurang terbukti kurangnya kesungguhan warga masyarakatnya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Anggapan bahwa sekolah itu tidak begitu penting masih mengakar dan membudaya. Tiap tahun ada saja anak yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja. Orang tua masih beranggapan daripada menyekolahkan anak-anak mereka hanya akan menghabiskan biaya,mending anak-anak disuruh bekerja mengembala hewan ternak kambing atau kerbau yang bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan.

Pendidikan di Desa Pabuaran masih jauh dari harapan. Tujuan utama pendidikan di Desa Pabuaran bukan ke arah prestasi akan tetapi utamanya bertujuan untuk menumbuhkan minat untuk belajar dan sekolah. Yang penting anak mau sekolah dan belajar itu sudah bagus.  Tidak dipungkiri sekolah pinggiran minim prestasi. Dari 47 Sekolah Dasar di Kecamatan Bantarbolang , seringkali SD Negeri Pabuaran dikenal dengan Sekolah yang serba ketinggalan. Hal itulah yang memantik saya untuk berusaha mengejar ketertinggalan itu.

Senada dengan tujuan utama pendidikan di Pabuaran saya coba terus menggali minat bakat dan potensi siswa. Terutama siswa kelas VI yang saya ajar yaitu siswa kelas VI. Lulusan kelas VI adalah Out Put yang bisa menjadi tanda kualitas mutu sekolah. Kalau Out put nya baik tentu kualitas atau mutu sekolah juga baik. Hal itu yang menjadi keniatan saya untuk menjadikan siswa mempunyai prestasi dan mengejar ketertinggalan. Keniatan itu saya imbangi dengan metode belajar yang saya terapkan menjelang Ujian Sekolah Siswa Kelas VI. Dengan metode belajar yang tepat akhirnya prestasi meningkat, hasilnya Tahun 2018 Nilai Ujian Sekolah SD Negeri Pabuaran mendapat peringkat 1 di Kecamatan Bantarbolang. Prestasi yang menurut saya cukup membanggakan karena selama ini SD Negeri Pabuaran belum pernah meraih prestasi apapun.

Begitu juga dengan guru , saya pun mencoba membuktikan kualitas diri dengan terus menggali potensi ,mengembangkan diri, mencari ilmu baru dengan belajar belajar dan belajar. Hasilnya beberapa kali saya mewakili SD Negeri Pabuaran mengikuti Lomba Guru Berprestasi dan  mendapatkan Juara  di Tahun 2017, 2019 dan Tahun 2020

Pembelajaran Digital di Desa Tertinggal

Saat wabah virus Corona melanda dunia, saat sedang digencarkannya pola pembelajaran digital di Indonesia, saat digaungkanya program Pembelajaran jarak jauh (PJJ) lewat online atau Dalam Jaringan (daring ) , agaknya menjadi senyum psimis dalam hati untuk menjalani. Bagaimana tidak ? Sekolah minim sinyal jelas tak  bisa menjalankan pembelajaran secara daring. Saya berfikir kalaupun ada sinyal bagaimana dengan sarana HP andorid untuk pembelajaran. Jangankan HP android, telpon selulerpun orang tua tidak banyak yang punya. Semua itu menjadi sebuah kendala sekaligus tantangan intinya sarana dan prasarananya tidak ada

Dalam kondisi demikian saya mencoba untuk mencari solusi agar pembelajaran bisa terus berjalan. Kesuksesan pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19 di Daerah tertinggal  tergantung jaringan internet , kalau ada internet pembelajaran daring ada harapan untuk dilakukan. Hal kecil yang bisa saya lalukan adalah mencoba membuat penangkap signal dengan memasang tiang antena penangkap sinyal yang dipasang di sekitar lokasi sekolah , dengan cara kabel antena tersebut dililitkan ke HP Android atau modem wifi supaya bisa menangkap sinyal karena tanpa penguat sinyal sama sekali tidak ada jaringan.

Usaha membuahkan hasil, dengan bantuan alat sederhana kabel antena yang dililitkan ke HP Android lambat laun signal mulai ada walaupun tidak begitu kuat. PR selanjutnya adalah sarana pembelajaran  untuk siswa  yaitu HP Android.  Karena butuh dukungan orang tua untuk bisa membelikan anak –anaknya HP Android. Hal ini tidaklah mudah dilakukan karena membutuhkan kesungguhan yang diimbangi dengan biaya.

Hal yang saya lakukan adalah mengenalkan teknologi digital kepada orang tua dan juga anak didik saya. Mengenalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Mengenalkan aplikasi edukasi supaya orang tua dan anak didik tertarik. Lambat laun orang tua pun mendukung. Awalnya agak dipaksakan namun lama kelamaan menjadi keinginan. Jika keinginan sudah ada maka diwujudkan dengan dukungan. Orang tua mulai peduli dengan pendidikan anak-anaknya dan mulai banyak orang tua yang membelikan HP Android untuk anak-anaknya walaupun harus ke pusat kota untuk membelinya

Awalnya sedikit namun tak menyurutkan niat,  agar lebih tertarik saya coba buat ekosistem belajar daring untuk mengenalkan pembelajaran daring mulai dari kelompok kecil parenting lama kelamaan mulai meluas. Saya beri pengenalan digital baik dengan laptop maupun android . Kemudian saya buat group WhatsApp karena  Aplikasi WA yang sederhana bisa diakses dan efektif sedangkan aplikasi yang lain seperti Zoom, Google meet, Lark meeting, Talk fusion dan sebagainya belum bisa diakses karena terkendala jaringan signal yang tidak bagus di daerah tertinggal.

Pembelajaran daring pun berjalan sederhana melalui WA, dalam situasi ini anak-anak jelas sangat senang bisa memanfaatkan teknologi yang baru mereka kuasai. Setidaknya selangkah bergerak dari kata tertinggal dengan melek digital.

Peran Guru Milenial di Desa tertinggal tak lepas dari sekedar mengajar, namun juga mendidik dan mengenalkan ilmu teknologi, informasi dan komunikasi sebagai sarana pentransfer ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan  kemajuan jaman.  Dengan demikian Desa tertinggal tidak semakin tertinggal. Walau jauh dari kata kemajuan setidaknya sedikit mengenal dunia digital

“Ketertinggalan bukanlah halangan untuk tidak melakukan,sekalipun di daerah tertinggal , walaupun jauh dari harapan tetapi bisa ikut serta membangun Indonesia melalui dunia pendidikan di era milenial

Salam guru hebat. Salam Literasi

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Minggu, 21 Februari 2021

GURU ABAD 21

 


21 Pebruari 2021-bertepatan dengan Hari ke-21 Lomba Menulis Blog PGRI. Melihat tanggal 21 jadi terinspirasi untuk menulis tentang angka 21. Muncul ide untuk menulis Guru Abad 21.

Berbicara tentang Abad 21 , telah banyak literatur mengenai Abad 21, ciri abad 21, pendidikan abad 21, pembelajaran di abad 21 dan banyak hal lainnya terkait dengan abad 21. Tentu kita sama- karena tahu karena kita hidup saat ini sudah berada di seperlima bagian abad 21. Pertanyaannya adalah sudahkah kita mempunyai kecakapan abad 21 ? Apa yang harus dilakukan seorang guru di abad 21 ?

Abad 21 adalah abad yang dimulai dari 1 Januari 2001 dan akan berakhir pada 31 Desember 2100. Menurut Kalender Gregorius  atau Gregorian bahwa dimulainya Abad ke-1 berawal pada 1 Januari 1 sampai pada 31 Desember 100 (Masehi) . Abad ke-2  berawal dari tahuh 101, Abad ke-3 Tahun 201, dan seterusnya. Abad ke-n berawal pada tahun 100×n – 99

Kalender Gregorius atau Kalender Gregorian adalah kalender yang sekarang paling banyak dipakai di dunia barat Ini merupakan modifikasi kalender julius yang pertama kali diusulkan oleh Dr. Aloysius Lilius dari Napoli-Itali dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Pebruari 1582. Penanggalan tahun kalender ini, berdasarkan tahun Masehi.

Abad 21 ditandai sebagai abad keterbukaan globalisasi, kehidupan manusia mengalami perubahan yang fundamental. Dunia abad 21 telah memasuki era digital atau era revolusi industri gelombang ke empat yang disebut juga era 4.0

Menurut Kemendikbud, ciri abad 21 adalah tersedianya informasi dimana saja  dan kapan saja (informasi), adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi), mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari mana  saja  dan kemana saja (komunikasi)

Abad ini memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi  siswa  (Darling-Hammond, 2006 ; Azam & Kingdon, 2014). UNESCO telah membuat  4 (empat) pilar pendidikan  untuk menyongsong abad 21, yaitu Learning to how (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk melakukan),Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang berkepribadian),Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)

Pendidikan Abad 21

Pendidikan abad 21 adalah pendidikan yang membangun kompetensi “partnership 21st Century Learning” yaitu framework pembelajaran abad 21 yang menuntut peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran, inovasi, keterampilan  hidup.

Pendidikan saat ini bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Insan yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang optimal sesuai dengan taraf perkembangan dan jenjang pendidikan. Selain itu diharapkan memperoleh kecakapan abad 21. Kecakapan itu adalah mencakup kemampuan berfikir Kritis, berinovasi dan berkreasi, berkomunikasi dan berkolaborasi. Ditambah lagi mempunyai kemampuan literasi digital ( literasi informasi , media dan teknologi ) serta kecakapan fleksibilitas, adaptablitias, produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggungjawab.

Tujuan tersebut bisa tercapai apabila Guru sebagai pendidik melalukan proses pembelajaran dengan baik yaitu Merancang pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik,memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan , keterampilan dan sikap dengan pembelajaran aktif di kelas maupun diluar kelas.

Pembelajaran abad 21

Adalah proses belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik dengan menggunakan informasi dan komunikasi dengan multi sumber yang menempatkan peserta didik berperan aktif dalam pemerolehan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dan kecakapan abad 21 serta literasi.

Dalam pembelajaran abad 21 guru bisa belajar dimana saja untuk meningkatkan kompetensi profesional melalui metode pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online tidak terhalang oleh ruang dan waktu. Begitu juga dengan para siswa di sekolah ditekankan pada 4C (creatifity, critical thinking, communicatiion, and collaboration). Pembelajaran sudah tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered)  tetapi berpusat pada siswa(student centered)

Menurut kemendikbud melalui Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, diantara Prinsip pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, memanfaatkan teknologi informasi dan komununikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran

Konsekuensi dari penguasaan teknologi digital sejalan dengan karakteristik guru abad 21. Ada lima karakteristik guru abad 21 yaitu guru di samping sebagai fasilitator juga harus menjadi motivator dan inspirator. Guru mampu mentransformasikan diri dalam era pedagogi ciber atau era digital yang ditandai tingginya minat baca. Guru memiliki kemampuan menulis. Guru kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar. Guru mampu melakukan transformasi cultural. 

Faktanya saat ini belum semua guru mampu mewujudkan lima karakter ini. Masih ada sekolah yang menganggap pembaruan kurikulum sebagai sesuatu kebijakan semata. Metode yang diterapkan masih metode lama. Bahkan, masih ada pembelajaran yang berpusat pada guru. Mindset guru yang masih menganggap siswa sebagai objek yang kepadanya ditujukan segala jenis aturan yang harus dipatuhinya. Siswa harus bisa memahami apa keinginan gurunya. Guru belum sepeuhnya bisa menjadi fasilitator, motivator apalagi inspirator. Guru lebih banyak menjadi evaluator.

Apa yang harus dilakukan Guru Abad 21?

Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Guru berperan sangat penting karena sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia.  Oleh karena itu guru harus bisa melaksanakan hal berikut ini :

  1. Mengupgrade diri terhadap perkembangan teknologi digital
  2. Menerapkan teknologi digital dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran
  3. Terus berusaha meningkatkan diri sebagai fasilitator , motivator dan inspirator
  4. Menunjukan keteladanan yang baik dimanapun berada
  5. Terus mengembangkan diri melalui program keprofesian berkelanjutan
  6. Mempersiapkan pembelajaran sedemikian rupa agar menarik, efektif, dan mengena pada peserta didik
Jika Guru terus berusaha meningkatkan kapasitas diri sesuai karakteristik guru, maka akan lahir peserta didik yang cerdas berkarakter memiliki kecakapan hidup yang kreatif, kritis, komunikatif serta  kolaboratif sebagai bekal untuk menghadapi segala tantangan dunia global, industri era 4.0 dan bangsa ini tidak terlindas oleh kemajuan teknologi digital di abad 21

Salam guru hebat. Salam Literasi

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Sabtu, 20 Februari 2021

AKM-Agar Konsisten Menulis

 


Ada yang bilang menulis itu mudah ada juga yang menganggap bahwa menulis itu susah. Kenapa susah? karena mungkin tidak suka, tidak bisa, tidak tau caranya, tidak mau memulainya atau belum terbiasa dan sebab lainnya.

Menjadi penulis pun tentu saja mengalami hambatan, dikejar dateline misalnya padahal jadwal tugas dan pekerjaan serta  kesibukan lain begitu padat. Kendala lain penulis adalah rasa bosan atau jenuh. Akibatnya motivasi menulis menurun bahkan bisa saja menghilang yang pada akhirnya tidak lagi konsisten dalam menulis.

Berberapa cara berikut ini bisa mengatasi agar konsisten menulis serta motivasi menulis meningkat kembali:

  1. Cari Suasana Berbeda

Rasa bosan atau jenuh juga bisa menjadi pemicu menurunnya motivasi menulis. Alangkah baiknya kita hilangkan rasa bosan dengan melalukan sedikit perubahan ketika menulis. Bisa dengan menata ruangan tempat menulis, posisikan benda-benda pendukung seperti buku, pulpen, laptop atau komputer dengan nyaman. Bila perlu memilih tempat lain untuk menulis , misal di cafe atau tempat lain yang nyaman sambil refresng agar menumbuhkan suasana baru yang berbeda. Hal ini dapat meningkatkan motivasi menulis kembali sehingga kita bisa konsisten dalam menulis.

  1. Tentukan Tujuan Menulis

Menulis harus punya tujuan, tanpa tujuan menjadi salah satu faktor menurunnya motivasi menulis. Termasuk menjadi penyebab kemacetan ide di tengah proses penulisan. Temukan tujuan Anda dalam menulis, maka akan bisa mendapatkan kembali motivasi yang menghilang.

  1. Menjadi diri Sendiri

Dalam menulis tidak usah terpaku dengan penulis yang lain. Jika kita terpaku dengan penulis lain justru akan menekan kreativitas dan sulit menemukan passion kita sendiri. Karena itu sangat memusingkan, menguras pemikiran, dan saat menulis terasa terpaksa.Menjadi diri sendiri akan lebih mudah menuangkan ide gagasan kita sehingga menulispun dapat mengalir dan menulis sesuai dengan apa yang ingin kita sampaikan

  1. Berikan Sugesti positif.

Biasakan berikan sugesti positif bahwa menulis itu mudah. Tanamkan dalam otak kita dengan sugesti positif dengan cara menasehati diri sendiri misalnya “aku bisa menjadi penulis hebat”, “aku bisa menulis setiap hari” dan kalimat sugesti yang lainnya. Kalau sugesti itu sudah tertanam di otak kita maka kita akan memiliki sikap dan membentuk cara berfikir yang lebih matang untuk dapat berkomitmen konsisten dalam menulis.

  1. Menulis itu seperti berbicara

Menulis itu seperti berbicara. Tiap hari kita berbicara bukan ? jika kita tiap hari bisa berbicara tentu tiap hari kita bisa menulis. Jika kita berhenti menulis maka kita seakan berhenti berbicara. Menulislah seperti berbicara sehingga apa yang ingin kita tulis dengan mudahnya mengalir seperti berbicara

  1. Tantanglah diri sendiri

Cara agar kita konsisten dalam menulis adalah menantang diri sendiri secara kooperatif. Misal harus bisa menulis artikel untuk diterbitkan di majalah atau koran. Bisa juga dengan dengan tantangan menulis harus memenuhi target menulis setiap hari atau harus bisa menerbitkan buku

  1. Gabung dengan Komunitas Penulis

Penulis biasanya mempunyai komunitas penulis. Bergabung dengan komunitas penulis akan memberi banyak manfaat bagi kita apabila mengalami menurunnya konsistensi dalam menulis. Dengan bergabung dengan komunitas maka akan mendapatkan banyak ilmu, banyak ide, banyak saran karena dalam komunitas pasti ada yang bisa memotivasi kita agar tetap konsisten dalam menulis.

  1. Manajemen Waktu Menulis

Konsistensi menulis membutuhkan manajemen waktu yang baik. Ketidak konsistennya kita dalam menulis bisa diakibatkan oleh buruknya manajemen waktu yang kita terapkan. Manajemen waktu pun tetap dibutuhkan dalam menulis. Tanpa manajemen waktu yang tepat, proses menulis tidak akan efektif dan maksimal. Misalnya mengambil waktu istirahat terlalu lama yang dapat membuat kita menjadi malas menulis. Bahan-bahan menulis sudah terkumpul tapi ide tidak muncul karena terlalu lama beristirahat yang menyebabkan rasa malas. Ketika sudah merasa malas pasti akan kesulitan untuk menulis kembali.

  1. Tulis Tanpa Nanti

Ide menulis bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, ketika ide itu muncul di kepala kita maka jangan biarkan ide itu pergi begitu saja, ide itu harus langsung segera kita tulis atau catat ide kita walaupun berbentuk catatan atau coretan di kertas atau notes di HP kita.

  1. Tulislah Dari Hati

Cara terakhir agar kita konsisten menulis adalah menulis dengan hati. Karena apa yang kita tulis dari hati akan mengalir dengan mudahnya , akan terus muncul dan konsistensinya terbentuk karena hati. Sebab tulisan akan terus mengalir seiring hati kita yang tetap hidup.

Itulah trik agar kita konsisten menulis. Pada intinya menulis adalah kebiasaan yang menjadi kebutuhan. Menulis itu seperti makan dan minum. Setiap hari kita makan dan minum maka setiap hari kita menulis. Tiada hari tanpa tulisan, karena tulisan menjadi kebutuhan.

Jika menulis sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan, tentu kita akan konsisten menulis meskipun kita dikelilingi dengan banyaknya pekerjaan dan kesibukan.

 

Salam hangat... Salam Literasi.

 

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Guru VS Google

 


Perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi sekarang ini begitu cepat dan tak terbendung. Berbagai kemudahan sudah mulai dirasakan. Kemudahan yang dirasakan itu termasuk dalam dunia pendidikan. Akses internet yang begitu mudah dan serba canggih.

Mengenai Google

Salah satu teknologi canggih yang mampu memfasilitasi ilmu pengetahuan adalah Google. Google yang lahir 4 September 1998 berkat  penemuan Larry Page dan Sergey Brin saat masih mahasiswa Ph.D di Universitas Stanford, California, Amerika Serikat. Awalnya diberi nama BackRub yang berkembang menjadi “googol” yah googol  adalah istilah Matematika yang artinya angka 1 yang diikuti 100 angka nol . Nama itu diambil untuk menjelaskan misi Googol sebagai gudang informasi tak terbatas di internet. Larry dan Sergey kemudian sepakat untuk mencari investor demi mendanai proyek Googol mereka. Hingga Larry dan Sergey bertemu dengan investor bernama Andy Bechtolsheim dari Sun Microsystems. Andy tertarik dengan proyek Googol kemudian memberikan 100.000 dolar AS kepada Larry dan Sergey untuk mengembangkan Googol. Ketika menulis di cek Andy salah mengeja tulisan googol menjadi Google. Larry dan Sergey awalnya juga bingung namun akhirnya menerima saja jika nama Googol diubah secara tak sengaja menjadi Google. Google akhirnya menyaingi raksasa dunia maya microsoft ,Yahoo serta AOL. Dan kini Google berkembang pesat menjadi mesin pencari nomor 1 dalam dunia maya.

Dengan adanya google semua orang dengan bebas dan mudahnya mendapatkan informasi pengetahuan apapun yang dibutuhkan. Temasuk di kalangan siswa atau pelajar. Ketika membutuhkan informasi, pengetahuan teknologi terkini, mencari berbagai materi pembelajaran bahkan sekedar mencari jawaban soal atau tugas yang diberikan oleh guru dengan mudahnya siswa mencarinya di google.

Google seakan menjadi “dukun yang serba tau” maka google lebih sering disebut dengan istilah “Mbah google”karena dianggap guru serba tau tentang segala ilmu.

Peran Seorang Guru

Dengan mudahnya akses informasi pengetahuan dari google lalu bagaimana peran guru sebagai pemberi informasi pengetahuan ? apakah peran guru akan tergantikan oleh google ? ada anggapan suatu saat nanti guru akan tergantikan oleh google. Benarkah demikian ?

Untuk menjawab pertanyaan di itu, mari kita sama-sama lihat peran guru dalam proses pendidikan:

Guru sebagai seorang manusia dengan akal budi dan hati, guru digugu dan ditiru tentunya memiliki kemampuan untuk membangun kedekatan emosi dengan anak didiknya. Kedekatan emosional seorang guru dengan siswanya merupakan pintu masuk dalam dunia pendidikan. Kedekatan guru dengan siswa merupakan hal yang tak dapat dilupakan. Dari kedekatan itu seorang guru mampu berinteraksi, berkomunikasi dan berbagi dengan hati kepada anak didiknya. Hal ini akan memberi warna tersendiri dalam suatu proses pendidikan yang pada akhirnya membentuk pribadi yang berarti bagi sesama.

Lain halnya dengan google. Peranan google dalam dunia pendidikan saat ini, bagai pedang bermata dua. Di satu sisi google mampu memberikan informasi menjadi sangat mudah. Namun disisi lain kemudahan mendapat informasi ini tidak disertai dengan kecakapan memilah informasi. Ketidakcakapan mengolah informasi saat ini berimbas pada buruknya literasi anak didik dalam setiap jenjang Pendidikan. Marak berita hoax yang pada akhirnya akan berdampak negatif bagi anak didik.

Dulu, peran guru dalam dunia pendidikan merupakan pemberi informasi pengetahuan (information a knowledge) namun saat ini peran guru adalah sebagai pengolah informasi  (Information a information process a knowledge). Guru mengolah informasi yang dengan mudahnya didapatkan di google.Pengolahan informasi yang dilakukan para guru ini tentunya harus disertakan dengan kebijaksanaan (wisdom). Bagaimana seorang guru mampu berpikir, bertindak, berucap dengan penuh kesadaran dan motivasi, tentunya akan membantu para peserta didik untuk mampu meningkatkan motivasi diri, ketangguhan, kepercayaan diri. wisdom akan membantu anak menyadari bahwa setiap ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, tentunya harus dipergunakan untuk kebaikan sesama.

Apa yang harus dilakukan Guru ?

Guru tidak hanya melakukan formalitas belajar namun lebih dari itu, guru sebagai pembimbing anak didiknya untuk menghadapi masa depan yang tantangannya adalah membenarkan mana informasi yang benar dan yang salah dari google. Guru harus bertransformasi dari hanya sekedar pengajar menjadi seorang pendidik dan pembimbing. Guru harus upgrade diri, menguasai teknologi informasi dan komunikasi, lakukan perubahan dalam pembelajaran yang lebih inovatif, menyenangkan dan dan selalu update dengan perubahan dan perkembangan. Guru bukan sekedar pesaing dari Google sebagai alat mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang memanusiakan manusia menjadi sempurna. Pendidikan akan lebih berarti apabila dalam prosesnya ada keterpaduan antara pengetahuan dan hati. Menanamkan pendidikan karakter melalui keteladanan seorang guru. Saya yakin jika semua itu dilakukan maka guru tak akan tergantikan oleh google.

Sehebat apapun google saat ini, tidak akan mampu menggantikan peran seorang guru dalam proses pendidikan. Google tidak akan mampu memberikan keteladanan karakter, sentuhan emosional, kepercayaan, motivasi, bahkan kebijaksanaan bagi anak didik. Semua itu hanya bisa didapatkan melalui sentuhan seorang guru.

Salam guru hebat. Salam Literasi.

 

Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI  (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)

Nama Penulis :

ETIK NURINTO, S.Pd.SD

NPA PGRI : 12120600251

No. WA : 083134609000

Guru SDN Pabuaran

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang

Kata Pengantar Buku The Power of Blogger Teacher

  KATA PENGANTAR Wijaya Kusumah, M.Pd. (Om Jay) Guru Blogger Indonesia Bulan Pebruari 2021 adalah bulan diadakannya Lomba Menulis PGRI, deng...