Guru, menjadi sosok yang
digugu dan ditiru, sosok yang disegani dan dihormati. Menjadi guru tidak hanya
sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan namun juga mengajarkan kebaikan dan
mencontohkannya dengan sikap perilaku dan keteladanan. Akan tetapi, tidak semua
guru itu semuanya baik atau mengajarkan kebaikan dengan hati yang tulus ikhlas.
Jikalau kita benar jadi guru lalu apakah sudah menjadi guru yang benar ? Jika
kita sejatinya adalah guru , lalu apakah kita sudah menjadi guru sejati ?
Menjadi guru memang betul-betul
menjadi sorotan, apalagi kegagalan demi kegagalan dalam pendidikan selalu dikaitkan
dengan guru. Pendidikan akan berjalan baik jika gurunya baik. Sebaliknya
pendidikan akan hancur jika gurunya tidak baik.
Mirisnya, tidak sedikit guru
yang tersandung kasus hukum dan saya sebut oknum. Gambaran guru (oknum guru)
dimasa sekarang sangat banyak. Contohnya guru yang sering datang terlambat,
mangkir, berkata jorok, merokok di depan murid-murid, dan melakukan pungutan
liar, bahkan berbuat yang sangat tidak terpuji seperti korupsi, berzina,
memperkosa murid, menggelapkan dana bantuan, dan sebagainya. Dari kasus-kasus
tersebut mengandung arti bahwa menjadi guru sejati yang dapat digugu dan ditiru
atau teladan memang tidak mudah karena harus konsisten antara hati, ucapan, dan
perilaku.
Untuk dapat menemukan guru
yang sejati tentunya tidak terlepas dari tugas guru itu sendiri . Secara utuh,
lengkap, dan mendalam secara ideal memang tidak akan dapat ditemukan. Namun
secara singkat menurut Fakhruddin (2010: 77) tugas guru meliputi tiga hal yaitu
tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan. Walaupun hanya singkat tiga hal namun
konsekuensi secara mendalam sangat berat
Siapa
sebenarnya Guru Sejati itu?
Tidak ada seorang calon guru yang
baru lulus dari perguruan tinggi, lalu sudah menjadi guru sejati. Tidak ada
yang lulus progdi keguruan langsung menjadi guru sejati. Semuanya perlu proses
dan usaha. Perlu jam terbang, perlu pengalaman dan perlu terus belajar
sepanjang hidupnya.
Fakhruddin (2010: 78-95) dalam
kajiannya telah memberikan gambaran lima hal penting yang melekat sebagai guru
sejati, yaitu: (1) guru adalah orang tua kedua,(2)guru adalah seorang
motivator, (3)guru adalah sang petualang, (4)guru, sang pembebas dan pejuang,
dan (5) guru, pribadi berjiwa profetik.
Kelima hal tersebut harus
melekat dan integral pada diri seorang guru dan sangatlah tepat jika
diimplementasikan oleh para guru. Kelima hal tersebut merupakan urgensi sejatinya guru atau dapat disebut
“Guru Sejati”.
1. Guru adalah Orang Tua Kedua Siswa
Guru sesungguhnya bukan sekedar mengajar saja, akan
tetapi guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Sejatinya menjadi
orang tua adalah mendidik siswa seperti anak sendiri. Mengayomi dan mengasuh
dengan baik. Membekali anak dengan kebaikan demi masa depan anak nantinya
2. Guru adalah Seorang Motivator
Guru harus memiliki kemampuan memotivasi siswa,
memberi semangat kepada siswa, memberi kekuatan kepada siswa yang lemah,
mendorong siswa yang berfikir lambat. Serta mengapresiasi siswa yang berfikir
cepat.
3. Guru adalah Sang Petualang
Guru memiliki tujuan yang panjang untuk terhadap
kehidupan anak, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Guru pada dasarnya
melakukan perjalanan panjang agar siswa dapat mencapai cita-citanya bukan untuk
saat sekarang tetapi berlanjut ke masa depan bahan sampai masa tuanya.
4. Guru adalah Sang Pembebas dan Pejuang
Guru, Sang Pembebas dan Pejuang Guru mengandung makna dalam
semua geraknya adalah untuk melakukan perubahan, agar siswa terbebas dari
kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan sebagainya. Untuk mencapai
tujuannya, maka selalu kerja keras, tak kenal lelah, pantang mundur, dan
berjuang tiada henti. Banyak Contoh perjuangan guru dalam menegakkan pendidikan.
Hal itu melekat pada seorang guru yang berjuang mendidik membebaskan anak
bangsa dari berbagai bentuk kebodohan dan ketertinggalan
5. Guru, Pribadi Berjiwa Profetik
Guru adalah seorang yang mengemban amanah mulia, semua ilmu
yang diajarkan dan dipraktikkannya atas dasar tuntunan yang benar dan untuk kebenaran,
membawa kebahagian dunia sampai dengan akhirat. Apa yang dilakukan atas
kebenaran bisa dikatakan sebagai sikap profetik. Dalam hal profetik tentunya
guru dituntut memiliki profesionalitas memenuhi kompetensinya yaitu pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial. Jiwa profetik sejalan dengan
profesionalitas
Guru sejati mendidik penuh dengan keteladanan bukan
hanya dengan kata-kata. Dia memulai mengajar dirinya sendiri, sebelum mengajar
orang lain
Guru sejati dalam melakukan
tugas pendidikan sebagai panggilan yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk
membantu perkembangan generasi muda. Oleh karena menghayati guru sebagai
panggilan hidup. Untuk menjadi Guru sejati perlu proses dan usaha dalam
bersikap dan berperilaku. Beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk menjadi
sosok guru sejati adalah sebagai berikut :
1. Bersemangat
dalam melakukan tugasnya, ada nyala dalam hati guru
2. Membantu
siswa dengan semangat kasih , bukan semangat uang
3. Rela
berkorban bagi anak didik yang dipercayakan pada guru
4. Gembira
dan bahagia melakukan tugasnya
5. Membangun
hidup keluarga dalam kasih yang mendukung kegembiraan guru dalam mendidik
6. Mengembangkan
diri dan berfikir kritis
7. Belajar
bergaul dan membimbing siswa
8. Bersikap
jujur dan mengembangkan suara hati yang benar
9. Belajar
terus sepanjang hidupnya
Kemacetan para guru adalah sudah
merasa pandai, berpengalaman, lalu berhenti belajar. Maka sejak itu sebenarnya
ia mati sebagai guru sejati. Mengajar diri sendiri dengan keteladanan adalah
kunci menjadi guru sejati. Guru Sejati , sejatinya guru mendidik sampai Ia
mati.
(Etik Nurinto, S.Pd.SD)
Salam guru hebat. Salam Literasi
Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI (tanggal 1 s.d 28 Pebruari
2021)
Nama Penulis :
ETIK NURINTO, S.Pd.SD
NPA PGRI : 12120600251
No. WA : 083134609000
Guru SDN Pabuaran
Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang